dokumentasi  : http://clipart-library.com/img1/1315273.png

  1. Apa hal-hal penting yang dipelajari pada saat sesi sinkron 1 dan 2?

Hal penting yang sudah saya pelajari pada sinkron sesi 1 dan 2 tentang perbedaan Coaching,perbedaan coaching, training dan   mentoring, konseling dan fasilitasi serta pola berfikir yang harus dimiliki seorang coaching dan prinsif yang harus dipegang oleh coach juga bagaimana jalur percakapan coaching.

Kata kunci dalam Coaching ini yaitu siapa yang menentukan tujuan yang hendak dicapainya. Dalam hal itulah, seorang coach tidak menetapkan tujuan namun orang yang dibinanya atau dinamakan coachee. Jadi Coaching yang dimaksud tersebut tidaklah suatu cara untuk mengajari atau memberikan petunjuk.

Pada umumnya Coaching melatih seseorang untuk bisa menghasilkan performa secara lebih baik lagi, sebagai seorang pemimpin untuk diri sendiri, sebagai manusia pembelajar, menyesuaikan dengan keadaan saat ini agar terus tumbuh dan berkembang, serta mengaktualisasikan ide dan gagasannya. Sehingga seseorang itu dapat mengandalkan diri sendiri dalam menghasilkan sebuah keputusan dan tindakan yang lebih baik lagi.

Coaching dibedakan berdasarkan kompetensi SDM yang sama dengan pendampingannya dan konselingnya yang menjadi langkah dalam sebuah sistem disiplin progresif. Akan tetapi, Coaching tidaklah training yang biasanya berbentuk kelas. Coaching tidak mentoring, dan tidak pula konseling atau terapi. Coaching ini lebih mengarah pada memfasilitasi lewat bertanya, memberikan sebuah feedback dan juga berperan menjadi seorang ahli.

2. Bagaimana jalannya alur percakapan coaching?

Satu model coaching yang dapat membantu peran coach dalam membuat alur percakapan menjadi lebih efektif dan bermakna yaitu model TIRTA

TIRTA dikembangkan dari satu model umum coaching yang dikenal sangat luas dan telah banyak diaplikasikan, yaitu GROW modelGROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will. Pada tahapan 1) Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini, 2) Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee, 3) Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi. 4) Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.

Model TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching.  Hal ini penting mengingat tujuan coaching yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. Melalui model TIRTA, guru diharapkan dapat melakukan pendampingan kepada murid melalui pendekatan coaching di komunitas sekolah dengan lebih mudah dan mengalir.

TIRTA kepanjangan dari

T: Tujuan
I: Identifikasi
R: Rencana aksi
TA: Tanggung jawab

Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. Anda, sebagai guru memiliki tugas untuk menjaga air itu tetap mengalir, tanpa sumbatan..

Tujuan Umum

TIRTA dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tujuan Umum (Tahap awal dimana kedua pihak coach dan coachee menyepakati tujuan pembicaraan yang akan berlangsung. Idealnya tujuan ini datang dari coachee)

Dalam tujuan umum, beberapa hal yang dapat coach rancang (dalam pikiran coach) dan yang dapat ditanyakan kepada coachee adalah:

a. Apa rencana pertemuan ini?
b. Apa tujuannya?
c. Apa tujuan dari pertemuan ini?
d. Apa definisi tujuan akhir yang diketahui?
e. Apakah ukuran keberhasilan pertemuan ini?

Seorang coach menanyakan kepada coachee tentang sebenarnya tujuan yang ingin diraih coachee.

Identifikasi

Identifikasi (Coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi)

Beberapa hal yang dapat ditanyakan dalam tahap identifikasi ini adalah:

a. Kesempatan apa yang kamu miliki sekarang?
b. Dari skala 1 hingga 10, dimana kamu sekarang dalam pencapaian tujuan kamu?
c. Apa kekuatan kamu dalam mencapai tujuan
d. Peluang/kemungkinan apa yang bisa kamu ambil?
e. Apa hambatan atau gangguan yang dapat menghalangi kamu dalam meraih tujuan?
f. Apa solusinya?

Rencana Aksi

Rencana Aksi (Pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat)

a. Apa rencana kamu dalam mencapai tujuan?
b. Adakah prioritas?
c. Apa strategi untuk itu?
d. Bagaimana jangka waktunya?
e. Apa ukuran keberhasilan rencana aksi kamu?
f. Bagaimana cara kamu mengantisipasi gangguan?

Tanggungjawab

TAnggungjawab (Membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya)

a. Apa komitmen kamu terhadap rencana aksi?
b. Siapa dan apa yang dapat membantu kamu dalam menjaga komitmen?
c. Bagaimana dengan tindak lanjut dari sesi coaching ini?

3. Kompetensi apa yang perlu dimiliki oleh seorang coach?

 a. Memberikan Pertanyaan yang Baik

Pertanyaan yang baik akan menghasilkan jawaban dan percakapan yang baik. Dari aktivitas ini, leader bisa menemukan banyak hal penting. Mulai dari kompetensi dan sikap positif yang dimiliki SDM hingga mempererat hubungan dengan mereka.

b. Memiliki Pembawaan Positif

Skill yang harus dimiliki seorang coach selanjutnya adalah pembawaan diri yang positif. Apa pun keadaannya, seorang coach harus bisa mengindisikan dirinya dengan baik. Sebab, hal ini akan mempengaruhi respon dan reaksi dari SDM saat diberi coaching.

c. Kemampuan Mendengarkan dan Memotivasi

Pasti ada banyak hal yang ingin diceritakan oleh SDM perusahaan. Entah itu kritik, saran, atau pertanyaan. Penting bagi seorang coach untuk menjadi pendengar yang baik dan bisa menampung segala opini mereka. Coach pun juga wajib memberikan motivasi membangun kepada mereka agar para SDM bisa meningkatkan performa kerja dengan lebih baik.

d. Bisa Memandu Percakapan dengan Baik

Skill yang harus dimiliki oleh coach ini berkaitan dengan kecerdasan emosional dan kemampuan komunikasi. Cara memandu percakapan yang baik adalah dengan mengajukan pertanyaan dan mendengarkan jawaban mereka. Bukannya memberikan arahan secara diktaktor.

e. Berkomitmen untuk Terus Belajar

Seorang coach juga harus berkomitmen untuk meningkatkan kompetensinya dengan belajar. Sebab, ia adalah contoh baik yang akan ditiru oleh anggota tim jika ingin mencapai keberhasilan. Coach yang baik harus bisa menunjukan kepada SDM-nya bahwa ia juga ingin melakukan yang terbaik sama seperti mereka.

4. Apa lagi yang masih ingin ditanyakan kepada instruktur, pada saat sesi sinkron di sesi berikutnya?

Bagaimana agar si coachee mau memberikan  jawaban pertanyaan yang lebih mendalam kepada coach ?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jurnal Refleksi Minggu Ke 6 CGP

2.3.a.10.2. Jurnal Refleksi - Minggu 15

Senangnya belajar PPKn